Tuesday, December 8, 2015

Everything is About Choice- Inspiration [02]

Dari setiap cerita pasti ada pelajaran.

Rumput tetangga selalu lebih hijau dari rumput sendiri. Seperti liat yang disana bahagia luar biasa, universe tampak konspirasi banget sama kehidupannya. Eh ternyata yang disana mengidam-idamkan kehidupan seperti kita yang kayaknya biasa-biasa aja. Begitu juga sebaliknya.

Kesimpulan ala aku nih.. kita perlu keluar dari 'comfort zone' untuk cari kegiatan baru, cari pekerjaan baru bahkan se-ekstrim barani ninggalin SEMUA ulangi SEMUA yang sudah dimiliki untuk hal baru. Untuk menyadari apa yang kita cari selama ini. Apa bener yang dilihat orang bagus adalah yang paling nyaman untuk kita. Karena selain terkumpulnya materi (siapa yang bisa menyangkal), kenyamanan tetap nomor 1. Emang enak semua kita punya tapi hati hampa?

Seorang temen 20 tahun tinggal di negara paling punya kuasa. Kayaknya dia udah settled. Kerjaan ok cuma pacar ga punya sih biarpun katanya tinggal pilih kalo mau. But, heii tinggal di amrik apa sih yang kurang? Kata temen, dia 'dipaksa' untuk ambil vacation kembali ke Indonesia karena dalam 3 bulan terakhir dia berantem terus menerus sama bosnya. Si bos nyuruh dia ambil cuti. Kejadian deh, sekarang lg di Indonesia.  Sampai akhirnya berpikir untuk gak balik lagi ke pekerjaannya di sana. Enak disini karena nemuin banyak hal yang sepertinya bisa digarap di tanah air. Bagusnya semua yang dilirik sama si temen, pasti orientasinya ke orang kecil yang perlu dibantu. Dia beli hasil kebun petani, dia coba untuk produksi di semacam home industry. Katanya liat orang-orang itu senyum puas jadi kepuasannya dia juga.
Meanwhile aku yang sejak lahir tinggal di negeri ini, cerita tentang gimana bobroknya birokasi. Ya inilah ya itulah.. sok-sok an bilang ke temen untuk mikirin kembali rencana dia menetap lagi disini, karena bisa aja cuma euforia sesaat. Trus terkagum-kagum sama cerita gimana hidup di luar, yang ternyata tunjangan dari negara meng-cover ini itu. Yang warganya tertib ga pernah ninggalin kotoran di atas meja resto en bla bla bla.

Coba liat, mana pernah kita puas sama apa yang secara gamblang kita miliki. Trus salah siapa? Ga ada yang salah sih, memang hukum alam kok. Tapi menurut aku seperti apapun kita membandingkan kehidupan si A dan si B, coba deh lebih fokus ke pencapaian dan sisi positif orang tersebut, terutama liat tujuannya. Jangan selalu liat enaknya si A tanpa kita mau tau bagaimana perasaannya, bagaimana perjuangannya. Dan cobalah kasih apresiasi untuk sebuah pemikiran dari seseorang kenapa dia memilih menjalankan hal baru.
Selama ini aku kok ngerasa orang terdekat sangat minim support untuk sebuah perubahan. Makanya aku ga mau kayak gitu. Aku pengen jadi orang yang bisa memahami dan suportif.
Belajar dari pengalaman seseorang juga salah satu hal yang mahal. Kalau bisa kita ambil dengan gratis kenapa enggak. Belum tentu kita rasain dan jalanin yang sama persis seperti itu.

Terimakasih untuk teori comfort zone vs courage zone-nya. Semoga tetap istikomah untuk memikirkan rakyat kecil. Life is about trusting your feelings, taking chances, finding happiness. 

Monday, December 7, 2015

December Thoughts

Bismillah, mau nulis tentang apa yang ada di pikiran sekarang tapi maju mundur. Akhirnya beraniin untuk coba nulis.

Wew udah Desember lagi, sebentar lagi masuk 2016. Biarpun udah mulai ngebiasain kalo pergantian tahun masehi sebenarnya biasa2 aja seperti ganti bulan ke bulan baru tapi memang spirit untuk bisa lebih baik daripada yang udah-udah gencarnya di awal tahun masehi. Di tahun baru Islam biasanya (aku sih) cuma berdoa dalam hati berharap selalu dilindungi dalam kehidupan dan ada perubahan baik di tahun berikutnya. Sama aja dong?
Aniiiweeeii.. Udah ada pencapaian apa selama 2015 ini? Aku terus terang ngerasain tahun ini masih sama seperti sebelumnya. Bukan berarti ga ada yang istimewa, tapi secara overall target belum tercapai. Di luar itu, alhamdulillah semua on track. Tanaya masuk SD tahun ini, masa adaptasinya lumayan smooth. Suami masih kerja kantoran. Aku masih ibu rumah tangga yang sesekali nyambi as freelancer.

Spesific untuk keluarga kecil kita (yang baru) bertiga, memang up and down-nya bener-bener dinikmatin banget. Inshaallah semua jadi pelajaran dan pengalaman buat kedepannya. Kita memang bukan pasangan yang seneng spekulasi, pertimbangan selalu nomer  satu. Ga tau bagus apa enggak yang jelas sedikit menghambat rencana besar kita yang udah direncanain dari 2 tahun yang lalu, gara-gara pertimbangan lagi dan lagi.. Auk ah..
Di awal Desember ini, kita ngobrol alias review lagi. Mikirin semua plan yang uda disusun, saling support dan  mengingatkan kalau apa yang udah direncanain memang niatnya baik, inshaallah hasilnya bermanfaat.

And finally si istri mencanangkan gerakan 'it must happen' di tahun 2016? Karena udah ketunda 2 tahun juga. Mungkin sikap ambisius bisa mempercepat terwujudnya rencana kita.  I can't wait anymore. My baby project has been waiting to long to be resolved. But dear Allah, please help us.
Aku tau ga ada yang akan terjadi tanpa seijinNya, mungkin tahun ini bukan waktu yang tepat, mungkin tahun ini masih ada prioritas yang lebih penting, mungkin tahun ini kami belum terlalu siap, mungkin ini, mungkin itu.. rahasia Allah.
I have decided that 2016 will be a ridiculously amazing year

Dear suami, makasih untuk selalu sabar dan jadi orang yang selalu mendukung yet rasional. Makasih untuk selalu mendengarkan dengan sabar dan rela dimarahin atau disalahin tiap aku mulai stress dan gak sabaran. Walaupun bukan dengan kata bijak tapi aku tau dari sikap kamu kalau kamu berusaha bantu mewujudkan semua. Let's do together, for our better future. Man jadda wajada - barangsiapa bersungguh-sungguh pasti dapat.